Saya Lupa tepatnya tahun berapa, tapi buku pertama
yang saya baca karya dee judulnya filosofi kopi. Kumpulan cerpen yang menurut
saya, wow, orisinil, nggak sok drama banget – lagipula, setahu saya, cuman dee
satu-satunya penulis wanita yang tulisannya liar. Bebas. Lepas. Dan ritmenya
enak. Nggak mau terbatas sama issue manusia.
semua yang ditulis di bukunya hampir menyentuh seluruh aspek. Dalam
salah satu cerpennya di buku yang sama, dia justru membahas dari sisi kecoak –
atau tentang sikat gigi. Saya suka bagian itu. itu sihirnya dia. Saya bersyukur
mengenal tulisan dee dari dulu.
Untuk
pemula, yang nggak begitu suka mempelajari “bahasa dan kosakata”, tulisaan dee
memang identik dengan asing dan rumit. Ada inggris lah, kimia lah, fisika kuantum,
dan apalah apalah. Dee mencampuradukkan seluruh istilah yang dia pengen
masukin. Tapi itu justru yang bikin saya tertarik sejak dari judul pertama itu.
hebatnya, yang dia masukin mah nyambung-nyambung aja. Nggak terkesan sok pintar
atau dipaksakan.
Saya berasa lagi baca buku kuliah, karna setiap ada
istilah asing saya justru tertantang buat tahu – dan saya catet, saya garis
bawahin. Itu awal ketertarikan saya sama dee. Tulisannya segar, peduli amat dia
beragama apa – atau latar belakangnya gimana. Saya hanya mencintai
karyanya.
Lantas dari filosofi kopi itu saya mulai menunggu
karya-karya dia yang lain. Saya tunggu postingan blognya, saya follow dia. Tapi
sayangnya, dee nggak begitu aktif di sosial media, terutama blognya.
Rectorverso, madre, supernova, perahu kertas, hampir semuanya mengejutkan.
Bikin saya larut banget bacanya, dan nggak mau diduain.
Buku terakhir yang bikin saya kayak gila, harap-harap
cemas kayak mau nungguin pacar balik dari pangakalan, senyum-senyum sendiri
karna udah mau rilis – Supernova inteligensi embun pagi. Heboh banget saya
waktu ditandain temen saya buku itu mau rilis, senyum, teriak, dan langsung
pasang badan nyiapin duit. Saking hebohnya, mulai dari waktu malem pre order
bisa dibuka saya langsung pesen. Itu langka banget saya lakuin, apalagi dengan
riwayat saya pernah ketipu sama pesen online gitu. Tapi saya udah nggak
sabar.
Inteligensi embun pagi.
Setelah saya dibuat senyum sendiri sama si etra di
seri petir, kagum sama zarah di seri partikel, dan semua lingkaran yang
membingungkan itu. IEP muncul dengan 600 an halaman, yaaaang sayaaa selesaikan
dalam waktu sehari. Ngebut.
Setelahnya?
Sedih dan seneng. Karna akhirnya cerita itu selesai,
senengnya, karna sesuatu yang kita pengenin kecapai juga. Sesuatu yang kita
tunggu muncul juga. Begitulah manusia.
Yang terpenting bagi saya, dee – selain karyanya yang
menyegarkan, juga bikin saya semangat buat terus latihan nulis, sekalipun cuman
di blog. Dee bikin saya semangat ngebaca dan nambah kosakata.
Buat dee, ditunggu karya selanjutnya. Bravo.
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida