Inilah hartamu sesungguhnya !

Persiapan dunia, bekal akhirat.

Rezeki dalam Bahasa arab dapat diartikan sebagai “pemberian”. Itu berarti rezeki merupakan hak prerogatif dari Allah sebagai “Yang Maha Memberi, Yang Maha Memiliki”, bukan semata dari hasil kerja saja. Rezeki merupakan ketetapan Allah yang telah ditetapkan bahkan sebelum manusia diciptakan, ia merupakan perolehan dari kemurahan Allah, termasuk atas ibadah dan tawakkal seorang hamba.

 

Di dalam rezeki terdapat hak manusia yang dimiliki manusia lain. Dengan demikian, rezekimu, bukan hanya rezekimu. Rezekimu, belum tentu hartamu.

هُوَ كُلُّ مَا تَنْتَفِعُ بِهِ مِمَّا اَبَاحَهُ اللهُ لَكَ سَوَاءٌ كَانَ مَلْبُوْسٌ اَوْ مَطْعُوْمٌ … حَتَّى الزَّوْجَة رِزْق، الاَوْلاَدُ وَ البَنَاتُ رِزْقٌ وَ الصِّحَةُ وَ السَّمْعُ وَ العَقْلُ …الخ

Dalam tafsir ini, Rezeki diartikan sebagai, “segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, pakaian, makanan, sampai pada jodoh. Itu semua adalah rezeki. Begitu pula anak-anak. Termasuk dalam hal ini adalah kesehatan, pendengaran, penglihatan.

Makanan yang kamu peroleh, pakaian yang kamu kenakan, rumah yang kamu tinggali, pekerjaan yang kamu kerjakan, kendaraan yang mengantarkanmu pada tujuan, fisikmu yang sehat, panca inderamu yang waspada, dan begitu banyaknya. Adalah bentuk rezeki di dunia. Dan termasuk rezeki adalah, kesempatanmu saat ini, waktu yang masih dapat kalian manfaatkan detik ini, untuk melakukan sesuatu.

Melalui rezeki kamu dapat hidup di bumi Allah, namun rezeki yang kamu peroleh dari Allah adalah titipan dan sekaligus ujian bagimu. Tidak seluruhnya merupakan hartamu. Tidak semuanya dapat menjadi bekal amalmu.






Kamu punya uang 10 juta, dengan 2 karyawan yang harus diberi hak setiap bulan, operasional kantor, orang tua yang membutuhkan uang untuk membayar cicilan, dan kewajiban lain yang berada di sekelilingmu. Benarkah uang yang kamu simpan itu benar hanya rezekimu?  10 juta tadi ketika telah kamu kurangi dengan segala kewajiban-kewajiban yang ada, maka yang dapat kamu gunakan untuk membeli makanan untuk dirimu sendiri, pakaian, atau apapun yang kamu manfaatkan adalah rezekimu.

Ia yang menjadi manfaat bagi orang lain, baik dalam bentuk materi, makanan, atau bantuan adalah rezeki orang lain. Untuk menyederhanakannya, rezeki adalah yang kamu dapatkan di dunia, sedangkan hartamu – adalah yang juga akan sampai bahkan ketika kamu telah meninggal dunia.

Begini, sisa uangmu adalah 2 juta, tiba-tiba saja kamu ingin membelikan makanan kepada orang lain, baik itu saudara, teman, atau kenalan. Ketika sampai padamu, itu memang rezekimu (bebas sekehendak hati akan digunakan untuk apa), tapi ketika sampai pada tangan orang lain, maka itulah rezeki mereka (yang melalui kamu datangnya). Itu memang telah menjadi rezeki orang lain, tapi jalan sedekah yang kamu pilih membuatnya menjadi hartamu. (yang kamu simpan, yang kamu miliki sebagai bekal).

Rezekimu, belum tentu adalah hartamu. Rasulullah SAW Bersabda:


“Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja? ” (HR. Muslim no. 2958)

 

Dalam hadist selanjutnya,


“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan. ” (HR. Muslim no. 2959)

Makanan yang kamu makan sendiri akan habis dan berubah jadi kotoran, pakaian yang kamu kenakan akan usang, kendaraan – rumah – gadget, atau barang apapun yang kamu gilai saat ini akan terus melemah fungsinya, begitupun usia. Hal-hal yang kamu dapatkan di dunia yang tidak dapat kamu manfaatkan sebagai bekal di akhirat itu bukanlah hartamu.

Segala yang berbentuk rezeki yang telah kamu terima adalah rezekimu, tapi itu bisa berubah juga menjadi hartamu jika terkandung ibadah di dalamnya, dan apa saja ibadah yang kamu lakukan dengan rezeki itu akan menjadi hartamu.

“HARTAMU adalah YANG KAMU SEDEKAHKAN”, adalah yang kamu sampaikan kepada pekerjamu tepat pada waktunya, adalah yang kamu berikan kepada ibumu, bapakmu, saudaramu, dengan niat baik baik dan ikhlas, adalah yang kamu sumbangkan kepada mereka yang membutuhkan, adalah yang kamu wakafkan, adalah yang kamu bagikan, adalah yang kamu berikan dengan niat beribadah kepada Allah, adalah yang dapat memberimu manfaat bahkan ketika kamu telah meninggal dunia. Itulah sebenar-benar hartamu. Yang dapat memberimu manfaat di dunia sekaligus bekal akhirat. Yang memberikanmu rasa aman, tenang, damai, pasrah, syukur. Menarik bukan, rezekimu bisa menjadi hartamu jika bisa kamu gunakan secara baik dan tujuan jangka panjang.

“Hanya harta yang kamu belanjakan di jalan Allah (SEDEKAHKAN) itulah yang menyertaimu.”(HR. Muslim)

مالك ما قدمت ومال وارثك ما أخرت

Hartamu adalah yang kau infakkan, adapun yang kau simpan adalah harta ahli warismu (HR Bukhari)”

Hartamu – adalah yang dapat kamu simpan di catatan Allah sebagai bekal di akhirat. Hanya itulah yang akan menyertai kita beserta buku amal kita. Seluruh nominal isi tabungan, rumah mewah, kendaraan baru, gadget keren, pakaian atau barang branded tidak akan memberikanmu manfaat ketika kalian meninggal dunia jika hanya digunakan untuk kepentingan dunia saja. Maka rezekimu, harus bisa menjadi jalan hartamu. Bagaimana caranya?  

 

وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ

“Apa saja yang kamu infakkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). QS Al-Anfal [8]”.

Artinya: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan (sebagian harta) yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imron: 92)

“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya” . (HR. Muslim, no. 2588).

Gak sulit kok memulainya, hanya dengan bekal keyakinan bahwa semua yang kita berikan akan jadi harta kita di akhirat nanti, jadi penolong kita di hari pembalasan nanti, Allah bakal lebih memudahkan hidup kita di dunia dan memberikan balasan yang berlipat-lipat dimanapun kita berada.

Jadi, yuk mulai sedekah subuh, sedekah pada orang tua, bermurah hati pada mereka yang membutuhkan, membantu mereka yang kesulitan. Investasikan rezeki kita agar dapat menjadi bekal kita nantinya. Gunakan rezeki kita di jalan Allah agar dapat menjadi harta yang menolong kita. Gunakan dengan bijak rezeki yang telah Allah berikan bagi kita. 

Mari mulai menyiapkan harta kita sendiri sebagai bekal akhirat nanti. Semoga Allah memberikan kita jalan yang terbaik di dunia dan bekal terbaik di akhirat. Aamiin. 


Best Regards, Latifa Mustafida

Tidak ada komentar

Terima kasih telah berkunjung.

Latifa Mustafida