Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar ...
Panggilan takbir kali ini lebih
seperti alarm panggilan pulang.
Sesak di dada, trenyuh di hati.
Yang terbayang hanya yang sudah
pergi,
Ramadhan, dan simbah kakung yang
sudah damai.
Takbir baru berkumandang dan belum
selesai, mata saya sudah basah. Saya nggak kuat takbir sendiri. Di sebelah
saya, adek – ibuk – kakak juga merasa hal yang sama.
Dalam hati, ada bagian yang hilang,
tapi tidak benar-benar hilang.
Terbayang simbah yang memanggil kami
membangunkan solat, keluarga yang mengantri untuk salim simbah kakung putri,
simbah yang membagikan uang (untuk saya yang sampai kapanpun tetap cucunya),
simbah yang menangis diam-diam karna anak cucunya bersalam-salaman lengkap di
ruang tamu, simbah yang menelpon minta kami segera pulang, simbah yang
memanggil terus menerus karena terus ingin memberi …
Simbah yang begitu, simbah yang
begini.
Mengenang orang yang sudah meninggal
ternyata begini.
Kamu bersyukur atas baiknya,
sekaligus hal menyebalkan darinya. Kamu tiba-tiba sadar semua itu anugrah.
Waktu – yang bagaimanapun juga itu – ternyata kenanganmu.
Moment simbah tidak hanya mengajarkan
satu hal. Terlalu banyak pelajaran. Banyak sekali saya dipaksa belajar.
Kepergian simbah adalah pelajaran
pada saya soal kehidupan. Kematian. Sekaligus bagaimana caranya segera sadar
untuk menyiapkan bekal terbaik di dunia dan ketika nanti pulang.
Malam takbir ini simbah sudah tidak
duduk manis di aula tengah masjid untuk ikut takbiran sampai malam. Simbah
sudah tidak bisa ikut salam-salaman. Mungkin yang lain juga rindu simbah tanpa
harus mengatakan panjang lebar, hanya Al-fatihah dan doa yang bisa kami
kirimkan.
Dibandingkan kami, simbah sudah lebih
tenang – kami? Masih harus berlelah lelah mencari bekal.
Simbah sudah tenang, barangkali
bersama bidadari yang selalu simbah bicarakan ketika bersama simbah putri.
Terima kasih lagi untuk terus
mengingatkan kami bahwa bekal terbaik adalah yang juga bisa kamu bawa mati.
Terima kasih mengajarkan kami serakah
untuk berbuat baik, bersedekah, dan menjalankan perintah agama dengan baik.
Terima kasih simbah, happy ied.
Cucu-cucumu disini besok antri lagi
salaman sama simbah di surga nanti. Sampai ketemu nanti.
Iedul fitri 1442 H. Malam takbiran
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida