Iedul Fitri, 2021

Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar ... 

Panggilan takbir kali ini lebih seperti alarm panggilan pulang.

Sesak di dada, trenyuh di hati.

Yang terbayang hanya yang sudah pergi,

Ramadhan, dan simbah kakung yang sudah damai.

Takbir baru berkumandang dan belum selesai, mata saya sudah basah. Saya nggak kuat takbir sendiri. Di sebelah saya, adek – ibuk – kakak juga merasa hal yang sama.

Dalam hati, ada bagian yang hilang, tapi tidak benar-benar hilang.




Terbayang simbah yang memanggil kami membangunkan solat, keluarga yang mengantri untuk salim simbah kakung putri, simbah yang membagikan uang (untuk saya yang sampai kapanpun tetap cucunya), simbah yang menangis diam-diam karna anak cucunya bersalam-salaman lengkap di ruang tamu, simbah yang menelpon minta kami segera pulang, simbah yang memanggil terus menerus karena terus ingin memberi …

Simbah yang begitu, simbah yang begini.

Mengenang orang yang sudah meninggal ternyata begini.

Kamu bersyukur atas baiknya, sekaligus hal menyebalkan darinya. Kamu tiba-tiba sadar semua itu anugrah. Waktu – yang bagaimanapun juga itu – ternyata kenanganmu.

Moment simbah tidak hanya mengajarkan satu hal. Terlalu banyak pelajaran. Banyak sekali saya dipaksa belajar.

Kepergian simbah adalah pelajaran pada saya soal kehidupan. Kematian. Sekaligus bagaimana caranya segera sadar untuk menyiapkan bekal terbaik di dunia dan ketika nanti pulang.

Malam takbir ini simbah sudah tidak duduk manis di aula tengah masjid untuk ikut takbiran sampai malam. Simbah sudah tidak bisa ikut salam-salaman. Mungkin yang lain juga rindu simbah tanpa harus mengatakan panjang lebar, hanya Al-fatihah dan doa yang bisa kami kirimkan.

Dibandingkan kami, simbah sudah lebih tenang – kami? Masih harus berlelah lelah mencari bekal.

Simbah sudah tenang, barangkali bersama bidadari yang selalu simbah bicarakan ketika bersama simbah putri.

Terima kasih lagi untuk terus mengingatkan kami bahwa bekal terbaik adalah yang juga bisa kamu bawa mati.

Terima kasih mengajarkan kami serakah untuk berbuat baik, bersedekah, dan menjalankan perintah agama dengan baik.

Terima kasih simbah, happy ied.

Cucu-cucumu disini besok antri lagi salaman sama simbah di surga nanti. Sampai ketemu nanti.

Iedul fitri 1442 H. Malam takbiran

Best Regards, Latifa Mustafida

Tidak ada komentar

Terima kasih telah berkunjung.

Latifa Mustafida