Judul buku
: Heartbreak Motel
Pengarang :
Ika Natassa
Terbit
: Mei, 2019
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Buku
pertama yang saya selesaikan di Ramadan 1444 H ini setelah absen lama baca
novel. Saya dapat buku ini dari teman, yang tau banget saya lagi gabut karena
kurang kesibukan. Saya selesaikan dalam 6 jam nonstop (kecuali untuk sholat)
saking serius dan penasarannya. Seingat saya buku terakhir Ika Natassa yang saya
baca adalah, critical eleven.
Mengambil
lokasi awal scenario film, saya kira mulanya Ika Natassa membuat novel sedih cerita
perempuan yang disiksa suaminya buat menantang dirinya sendiri. Ternyata saya
salah dugaan. Alurnya yang beralih dari satu setting ke setting
yang lain justru membuatnya makin menarik. Dari buku pertama sampai critical eleven,
biasanya Ika Natassa memilih dokter dan bankir sebagai profesi utama para
pemainnya. Berbeda dengan novel-novel sebelumnya, setidaknya kali ini yang berprofesi
sebagai bankir adalah tokoh pria nya.
Saya
bisa merasakan usaha ika Natassa untuk memperluas jangkauan cerita dengan
memasukkan artis sebagai pilihan profesi tokoh perempuannya, Ava. Saya juga
bisa merasakan seberapa jauh pengetahuan dan kecintaan Ika Natassa pada film, actor
aktris, dan dunia tulis menulis. Tapi jika itu salah, berarti ika sudah
berhasil mengelabui saya dengan membuat alur cerita dan penokohan yang sangat
baik.
Bercerita
tentang Ava, seorang aktris terkenal – bertemu Raga yang seorang bankir, di hotel tempat
dia selalu beristirahat dari rutinitas keartisannya. Seperti tempat teraman yang
dia pilih untuk memulihkan kembali diri setelah harus mengilhami perannya yang berbeda-beda. Menarik dari sudut pandang manapun,
terlebih gaya Bahasa Raga dan pemilihan kata-katanya yang menurut saya manis
banget untuk dibaca siapapun. Ika Natassa mengambil cara halus untuk menghipnotis
orang lain dengan pemilihan diksinya yang pandai – menurut saya.
Selain
itu, gaya khas Ika Natassa dari novel terdahulu sampai sekarang adalah bisa
membuat saya terpingkal-pingkal dengan lelucon second lead dalam
ceritanya. Tidak terkecuali di novel ini. gaya nyablak Lara, teman dekat Ava
kadang-kadang bisa benar-benar mengalihkan stress dan bikin saya ngakak karena
polos dan vulgar komentarnya. Mungkin itu salah satu hal yang memikat
dari novel Ika Natassa.
Di luar gaya cerita, latar belakang, profesi dan pemilihan lelaki dan perempuan yang selalu sempurna dalam ceritanya, saya rasa buku ini cocok banget buat para introvert di luar sana. Menurut saya menarik membahas kesehatan mental dalam suatu novel. Mengemasnya dalam bentuk cerita yang terstruktur, mencoba berdamai, mencoba membuka diri dan percaya orang baru, memahami dan bersyukur atas support sistem terbaik. Ava, dalam kasus ini seringkali melontarkan pertanyaan-pertanyaan absurd yang merupakan gambaran isi kepala dan kekhawatirannya. Meskipun begitu, Lara, sahabat terdekatnya tidak pernah diceritakan menyakiti atau menyinggungnya.
Dengan kerumitan cara berpikir Ava, kekhawatirannya, masa lalunya, keyakinannya, bisa jadi hanya akan dipahami introvert sendiri (karena extrovert ga akan paham gimana rasanya merasa aman di satu tempat saja, atau pengen mengasingkan diri setelah sibuk melakukan sesuatu). Ika Natassa berhasil membungkusnya dengan kalimat apik – rumit tapi mudah dimengerti sebagian orang. Dengan 2 orang support sistem saja, seseorang bisa berdamai - belajar - mendengar - dan merasa aman. Ava akhirnya bisa berdamai dengan sederet kekhawatirannya tersebut. Pada intinya, kamu akan menemukan seseorang yg spt itu. Selamat membaca
Setidak-tidaknya cerita Ava dan Raga disini berakhir happy ending dan Ava berhasil menyelesaikan masalah hidupnya. Smeoga kalian juga akan menemukan seseorang seperti Lara dan Raga seperti di hidup Ava. Tertarik pengen baca ? 4/5 bintang untuk novel ini.
Happy reading! Review buku lainnya The 7 Habits Of Highly Effective People
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida