You Don’t Have To Be Perfect


Seorang teman dekat saya yang telah menikah dan memiliki anak bercerita pada saya keinginannya untuk bekerja. Dia bosan di rumah hanya dengan mengurus anak-anaknya, dia merasa tidak bangga pada diri sendiri. Katanya, dia iri pada kehidupan saya yang tampaknya baik-baik saja demi mengejar cita-cita/  (apakah ada orang yang selalu baik-baik saja dalam hidup? ) dia menyesal kenapa tidak memilih melakukannya sejak dulu. Dia menyesali banyak hal sekarang atas keputusannya terdahulu.

Saya menceritakan ini bukan karena ingin membagi aib seseorang, itu dosa besar. Saya hanya ingin isi kepalanya tentang dirinya sendiri berubah perlahan.

Saya bilang padanya, cita-cita seorang ibu seharusnya adalah membesarkan anaknya dengan suka cita – agar anak-anaknya tumbuh dewasa dengan baik, dan yang jelas lebih baik daripada kehidupan orang tuanya. Tapi alih-alih memikirkan mengurus anak-anaknya, dia justru bilang, hidup yang dia jalani sekarang tak ubahnya seperti tidak hidup. Tidak ada bahagia. Dia merasa kurang. Kurang bahagia, kurang bangga pada diri sendiri, kurang nyaman pada omongan orang, kurang respek pada hubungan dengan suaminya.

Dia hanya menemukan kekurangan demi kekurangan dalam hidup dari isi kepalanya.






Sementara itu, sambil mendengarkan dia bercerita panjang di dalam pesan yang masih ia ketik. Saya menyela dalam hati, ia seharusnya mengasihani dirinya sendiri lebih daripada ia focus kepada omongan orang lain. Ia seharusnya mengasihani segala macam pikiran buruk dan hal-hal buruk yang dia pikirkan selama ini. Ketidaksempurnaan kita adalah kesempurnaan itu sendiri.

Jika kita selalu saja bicara kekurangan, kita tidak akan pernah menemukan hal baik dari sesuatu. Bagi saya, kekurangan itu sendiri baik. Kekurangan membuat saya bersyukur di waktu lapang. Kekurangan memaksa saya bersyukur atas apa yang pernah dianugerahkan kepada saya, kekurangan membuat saya berpikir lebih keras, cerdas, dan luar biasa. Kekurangan membantu saya belajar banyak hal. Itulah mengapa saya bilang kalau ketidaksempurnaan kita adalah kesempurnaan itu sendiri.

Saya tidak bilang saya lebih baik dibanding teman saya yang bercerita, saya juga tidak sempurna. itulah mengapa menyedihkan rasanya melihat teman baik harus mendapati fokusnya hanya pada ketidaksempurnaan itu saja, tidak pada yang lain. Bayangkan jika semua orang memang sudah sempurna tanpa cela. Kita tidak akan pernah bisa belajar satu sama lain. Memetik pelajaran. Mengambil hikmah. Mensyukuri keadaan. Berterima kasih pada Tuhan. Ketidaksempurnaan dan kekurangan itu persis seperti dua sisi mata uang – tanpa kekurangan, kesempurnaan tidak pernah tercipta. Kita justru belajar menerima diri sendiri dari segenap ketidaksempurnaan dan kekurangan yang ada. 

Kita bisa saja marah kepada orang tua kenapa mereka miskin, tidak bekerja keras, tidak rajin menabung, tidak punya banyak uang atau memilih bersyukur kita sudah diberikan pendidikan dan kehidupan yang layak sampai detik ini.  Untuk apa kita marah kepada orang tua sementara kita telah diberikan bekal, ilmu dan kasih sayang sejak kecil? Kita tidak pernah tahu bagaimana kesulitan mereka membesarkan kita, masih harus ditambah lagi dengan keluhan kita mengapa begini mengapa begitu? Hidup mereka juga pasti sesulit yang tidak bisa kita bayangkan hanya untuk membahagiakan anak-anaknya. Kini, Mereka sudah menjalankan kewajibannya, mengajari kita hal baik, memberi kita bekal segala hal yang baik, maka setelahnya itu menjadi kewajiban kita untuk berusaha. Mereka jelas tidak pernah salah apa-apa.

Kita bisa saja marah kepada keadaan kenapa rumah kita kurang besar, tidak seluas atau sebesar orang lain. Atau justru kita bisa bersyukur atas rumah yang kecil namun kita bisa menatanya sedemikian rupa. Hanya beberapa orang yang bisa berfokus mengambil hikmah dalam suatu kekurangan. Namun yang saya yakini, setiap ada kekurangan dalam hidup, kita pasti telah diberikan kelebihan dalam hal lain. Seperti dua sisi mata uang tadi, kekurangan bersisian dengan kelebihan.

Jika ada seorang anak yang dianugerahi batasan dalam hal tertentu, Allah pasti telah menyelipkan kelebihan dan keahlian dalam hal yang lain. Tugas kita untuk menggali dan mengembangkannya.

Jika memang sekarang kita belum diberikan banyak uang, kita mungkin berlebih kasih sayang, berlebih teman, berlebih kesehatan, berlebih waktu, berlebih kepercayaan, berlebih tanggung jawab, berlebih hikmah, berlebih pengalaman dan mungkin berlebihan dalam banyak hal. Pahami tidak semua orang juga diberi kelebihan ini.

Jika memang sekarang kita merasa kurang cantik atau kurang percaya diri, kita mungkin telah diberikan kelebihan kepandaian, kelebihan bertutur kata, dan kelebihan lain yang tidak dimiliki orang lain. Yang intinya, hanya kita yang dapat mengetahui apa yang ada dalam diri kita yang patut untuk kita banggakan dan kita syukuri. Jika kita berfokus pada kekurangan, maka akan selalu ada yang salah dengan diri kita, dan itu jelas merupakan masalah kita.

Ada SATU paragraf bagus yang saya baca dari buku karangan ajahn brahm Si Cacing dan  Kotoran Kesayangannya 3, kurang lebih saya kutip seperti ini:

“ Anda selalu bisa menemukan apa yang salah dengan diri anda. Jika anda tak punya hidung besar, anda punya gigi bengkok. Jika anda tak punya gigi bengkok, anda punya rambut jelek. Selalu saja ada sesuatu yang salah dengan diri anda. Jika anda mengikuti batin yang mencari-cari kesalahan seperti itu, anda benar-benar akan menderitta. Lalu jika anda memiliki batin seperti itu, anda tak akan menemukan siapapun yang bisa hidup bersama anda meskipun itu diri anda sendiri. Itulah yang menyebabkan begitu banyak masalah di dunia ini. Orang-orang tak bisa menemukan paangan, bahkan tak bisa menikmati diri sendiri, bila hanya melihat kesalahan diri sendiri.”

Ya. Benar. Kita selalu bisa menemukan yang salah dan kurang pada diri kita, pipi yang besar, badan kurang langsing, mata kurang lebar, kulit kurang putih, dan banyak lagi. Tapi pikiran ini tidak membantu banyak hal. Dia justru membuat kita makin lemah, marah, kecewa, tidak percaya diri dan tidak dapat menerima diri sendiri. Semakin kalian menemukan kekurangan, maka hanya rasa sakit dan tidak percaya diri yang didapat.

Ketidaksempurnaan adalah perjalanan panjang untuk sebuah penerimaan. Tidak ada yang benar-benar sempurna, itu hanya ada jika kamu menerima diri kamu sepenuhnya. Jika kamu berhasil menerima dan mendapati segala hal yang lebih baik, maka ketidaksempurnaanmu berakhir. Pikiranmu telah sempurna. Dan kamu pasti sedikit demi sedikit menemukan yang luar biasa dari diri sendiri, yang tidak kamu sadari.

You don’t have to be perfect, you just need to accept yourself.