kebiasaan baik tidak dihasilkan semalam


Kebiasaan baik tidak didapat dari keberuntungan, kebiasaan baik didapat dari rutinitas yang kamu paksakan. Tidak ada hasil baik diperoleh dalam semalam. Kecuali mungkin itu sebuah keajaiban.

Sahabat nabi, orang-orang sukses, atlet, mereka melakukan hal yang sama berulang-ulang hingga akhirnya dapat menguasai suatu keahlian, kekhususan. Ia disebut ahli karena telah melakukan hal tersebut ribuan kali. Ia merupakan rangkaian kebiasaan yang kamu lakukan, upayakan, pertahankan. Hebatnya, satu kebiasaan kunci bisa membuat kebiasaan lain menjadi makin baik. Hal tersebut diulas dalam buku habits yang menjadikan tikus sebagai percobaan dalam serangkaian pola kebiasaannya.

Hal-hal yang baik akan kembali dalam bentuk yang baik, itulah alasannya mengapa Allah selalu menyarankan bahwa selalu berbuat lah yang baik. Perbuatan baik akan kembali pada diri sendiri, itu kabar baik lainnya.  

Jika tidak kembali pada diri sendiri, mungkin suatu saat nanti ia akan kembali pada keluargamu. Sebagai sarana yang mempermudah dan membahagiakan keluargamu. Hal-hal yang baik tidak mudah dilakukan, namun tidak sulit untuk dilakukan. Ia hanya membutuhkan sedikit niat dan tekad dari hati terdalam manusia.

Mudahnya,

Jika kita tidak memaksimalkan waktu dengan perbuatan baik, maka 24 jam kita akan sia-sia.

            Kitab shifatush shafwah jilid 2 hlm. 376 menyatakan bahwa;



“Kekuatan yang paling besar adalah kemampuanmu untuk mengalahkan dirimu sendiri. Barangsiapa yang tidak kuasa mendidik dirinya maka dia lebih tidak mampu untuk mendidik dirinya sendiri”.

Dari 24 jam tersebut, berapa jam yang telah kita coba upayakan untuk mendidik diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya?
            Apa yang telah kita paksakan demi  bekal kehidupan dunia dan akhirat yang lebih baik?
            Jika jawabannya “sudah mulai” saya dan kalian upayakan, maka saya ucapkan selamat. Karena hanya dengan mendidik dirimu sendiri kamu bisa mengalahkan banyak hal. Karena hanya dengan mendidik diri sendiri kamu akan dipercaya orang lain untuk dapat mendidik mereka. Kasarannya, kalau kamu saja pemalas, nggak sukses, tukang mengeluh, tukang menuruti hawa nafsu dan belenggu syahwat yang dilarang Allah siapa yang akan mempercayai dirimu ? kamu saja ndak percaya kamu bisa berubah. Gimana dengan orang lain?

Ibnu qayyim berkata dalam ad-da’wad dawa, hlm. 125: 

“tidak ada penjara yang lebih sempit dibandingkan penjara hawa nafsu, dan tidak ada belenggu yang lebih sulit untuk dilepas dibandingkan belenggu syahwat.”

Semua hal-hal yang kamu turuti dari nafsu dan syahwat hanya bertahan sementara. Kebahagiaan tersebut bahkan lebih sering membuat hatimu gelisah dan tidak tenang. Jika hal tersebut tidak memberikan ketenangan, maka sebenarnya hatimu memberikan petunjuk bahwa hal tersebut salah.

Pernah nggak kalian merasa bersalah, takut dan ragu untuk melakukan sesuatu? Jika hal tersebut merupakan hal yang buruk. Maka keraguan itu datangnya dari hatimu untuk memberikan petunjuk. Tapi bila hendak melakukan kebaikan dan kamu banyak berpikir dan menjadi ragu, maka itu datangnya dari setan untuk menggoda keimananmu.

Imam Ghazali bahkan berpesan;

“Katakanlah pada dirimu, akan aku maksimalkan ibadahku pagi ini, meskipun itu amat berat. Karena bisa jadi sebentar malam aku sudah berada di liang lahat.”

Itu berarti bahwa ibadah memang harus selalu dipaksakan. Jika tidak dipaksakan ibadah, akan selalu terasa berat dan membayang-bayangi manusia untuk ditinggalkan. Setan sudah berjanji akan hal itu. Akan menggoda manusia untuk tidak melakukan hal-hal baik, apalagi melaksanakan perintah Tuhan. Paksakan ibadah, biar tidak ada lagi rasa malas, biar tidak ada rasa berat melaksanakan perintah Allah, biar tidak ada lagi banyak bisikan dari setan.

Ringannya hati dan kenikmatan dalam beribadah merupakan hasil dari kebiasaan baik memaksakan diri dari bermalas-malasan.

Lebih dari itu, kita tidak tau sampai berapa umur kita. Kita tidak tau sampai mana usia kita. Hal hal yang kita rencanakan bisa saja terlewati selagi kita menunda hal-hal baik.

Kesuksesan bahkan dijanjikan datang dari hal-hal yang kita lakukan hari ini. Kamu, adalah apa yang kamu lakukan saat ini. Intinya, perbuatan yang baik dan kebiasaan yang baik memang harus selalu dimulai dari saat ini. Hanya hari ini. Penundaan segala hal yang baik memang akan selalu membawa penyesalan. Mati misalnya. Atau terlambat mengurus hal lainnya.  

Untuk mengetahuinya, maka buat kalender harian atau tuliskan kegiatan yang telah kamu lakukan atau yang akan kamu lakukan. Akan lebih baik lagi jika kamu menuliskannya dengan memisahkan agenda setiap jamnya dan memiliki pengingat (teman yang tegas) untuk continue melaksanakannya.

Jika kamu masih sering melewatkan hal tersebut, tidak apa, setidaknya selalu ada kegagalan dalam percobaan awal. Lakukan terus menerus dan kamu pasti akan mendapatkan hasil dan kepuasan darinya. Melakukan hal-hal bermanfaat selama 24 jam memberikan kamu energi yang berlebih, kebanggaan terhadap diri sendiri dan rasa syukur pada Allah setiap hari.

Dalam salah satu riwayat, HR Al-hakim 2/51 berkata, 

Kebaikan selalu mendatangkan ketenangan, sedangkan kejelekan selalu mendatangkan kegelisahan.

Saya yakin, hal-hal baik yang pernah anda atau saya lakukan selalu mendatangkan ketenangan, kebanggaan, kebahagiaan dan mendatangkan kebaikan-kebaikan lain. Solat tepat waktu memaksa kita untuk berdzikir. Puasa ramadhan memaksa kita untuk menahan diri dari amarah, untuk bersedekah, untuk tilawah quran, dan hal-hal baik lainnya yang diperintahkan oleh Allah. Kebaikan mendatangkan kebaikan lainnya. Dan kamu tidak akan berpuas diri hanya dengan satu kebaikan itu terus menerus. Kamu menjadi tamak untuk terus jadi baik, terus baik, dan terus menerus.

 Pada intinya kita mengetahui pasti bahwa, balasan paling menyenangkan dari suatu kebaikan yang kita lakukan adalah ketenangan hati.

Dan tidak ada yang lebih berharga di dunia ini kecuali ketenangan hati.

Uang yang banyak, keluarga yang terkenal, kemewahan dimana-mana tidak berguna manakala kita tidak memiliki ketenangan hati. Dan ketenangan hati hanya bisa diperoleh dari kebaikan. Dan salah satu kebaikan itu adalah, mengingat Allah.

Yang terakhir akan saya tutup dengan kalimat dari HR Ahmad No. 17545,

“Mintalah fatwa pada hatimu, kebaikan ialah apa yang menyebabkan jiwa dan hatimu tentram kepadanya. Sedangkan dosa ialah apa yang membuatmu bimbang dan membuat goncang dadamu, walaupun engkau meminta fatwa  pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa”.

Mari  berbuat kebaikan. Mari saling mengingatkan.