Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah mencintai hambanya yang berkarya.
Dan barang siapa yang bekerja keras untuk keluarganya maka ia seperti
berjuang di jalan Allah Azza Wa Jalla."(HR Ahmad)
Allah menyukai orang yang
bekerja, begitu yang tertulis dalam hadist di atas. Masih banyak hadist serupa
yang menyatakan keutamaan bekerja, berkarya, berupaya, baik itu bekerja untuk
diri sendiri atau untuk keluarganya. Allah bahkan mengkategorikan bekerja
sebagai ibadah, asal dilakukan dengan sungguh-sungguh dan niat baik.
Bekerja adalah kegiatan
yang dilakukan oleh semua orang, tidak terkecuali kita. Dengan bekerja, berarti
manusia telah menunjukkan rasa syukur atas kesehatan, kekuatan, waktu, dan
kehidupannya. Dengan bekerja, manusia juga menyadari dan menunjukkan tanggungjawabnya
atas peran yang dimilikinya di dunia. Sebagai orang tua, anak, kakak, dan
sebagai hamba. Sebagai orang tua atau anak, kita mungkin punya kewajiban
untuk menafkahi keluarga. Tapi sebagai hamba, kita juga punya kewajiban untuk
beribadah kepada-Nya.
Kita semua punya banyak
peran, dan bekerja bagi saya tidak hanya berarti kalian menjadi pegawai,
karyawan, atau di bawah kepemimpinan seseorang. Bekerja, berarti bahwa kalian
bergerak, mengupayakan sesuatu, bertindak, melakukan suatu hal, memanfaatkan waktu.
Dalam lingkup ini, bagi saya, anak sekolah yang belajar juga sedang bekerja.
Rasional bukan? Mereka bekerja sesuai kapasitas dan tanggung jawabnya.
Satu hal yang bisa
dinilai dan dikategorikan sebagai pekerjaan bagi saya adalah, jika itu
menghindarkan diri dari meminta-minta, memberdayakan waktu tenaga, dilakukan
dengan niat untuk mengupayakan hal terbaik untuk hidupnya, maka itu adalah
suatu pekerjaan. (bahkan meskipun itu tidak dibayar dan tidak keliatan keren
bagi sebagian orang).
Sangat beragam jenis
pekerjaan yang bisa kita jadikan contoh, kalian bisa menyebutkannya satu
persatu jika mau. Tapi jika harus memberikan contoh pekerjaan yang baik adalah
yang rapi, bergaji tinggi, di gedung bagus, fasilitas mewah dan kenyamanan
tinggi maka itu akan menghilangkan rasa syukur dari kita.
Pekerjaan bagi
saya, adalah, pekerjaan itu sendiri. Segala yang kita lakukan. Segala yang merupakan
tanggung jawab yang harus ditunaikan. (bukan yang keren atau harus terlihat
mapan).
Yang senantiasa kita
syukuri. Yang menjauhkan kita dari waktu yang terbuang sia-sia, dari
ketidakmanfaatan usia, dari rasa tidak bersyukur atas kesehatan dan tenaga. Itu
berarti seorang ibu yang mengurus anak, menyetrika, membersihkan rumah,
memasak, takmir masjid yang membersihkan serambi masjid, penghafal al-quran
yang senantiasa menjaga hafalannya, anak-anak yang belajar, dan semua yang
bergerak mengupayakan rezeki bagi diri sendiri dan keluarganya adalah bekerja.
Jika dikaitkan dengan
definisi bekerja maka, memberikan anakmu makanan dengan menyuapinya,
mengurusnya, membersihkan rumah dan memastikannya terjaga juga bentuk memberi
rezeki kepada anak yang belum mampu. Itu pekerjaan. Di luar itu semua,
saya, dan tidak terkecuali kalian, kerapkali diserang penyakit hati yang
mematikan semangat. Membandingkan. Membuat sebagian dari kita yang sedang
rendah diri merasa pekerjaan yang dijalani hanya pekerjaan rendahan,
pengangguran, pekerjaan tidak berbayar, tidak keren, kurang bagus, hingga
akhirnya sedikit demi sedikit mulai membandingkan diri sendiri dengan pekerjaan
orang lain.
Akhirnya, kita terhanyut
pada pemikiran bahwa, aku juga ingin seperti yang lain. Aku kalah keren
dibanding yang lain. Aku harusnya bisa seperti yang lain dan melupakan syukur.
Padahal Allah SWT
berfirman:
قُلۡ یَـٰقَوۡمِ ٱعۡمَلُوا۟ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمۡ
إِنِّی عَـٰمِلࣱۖ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُونَ
"Katakanlah
(Muhammad), “Wahai kaumku! Bekerjalah menurut kedudukanmu, aku
pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui."
Dalam kandungan ayat di atas,
Syaikh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan bahwa, manusia hanya diperintahkan untuk
bekerja dengan maksimal, secara maksimal atas pekerjaan apa
yang jadi posisinya saat ini. Bukan posisi orang lain.
Terlepas dari apapun
pekerjaanmu, Allah melihatnya. Allah akan membalas kebaikan daripadanya. Atas
pekerjaan baik yang sudah kamu lakukan, atas hati lapang yang sudah kamu
upayakan, atas kesungguhan yang sudah kamu tunjukkan. Jika itu sudah kamu
lakukan, maka Allah akan melakukan bagian-Nya, memberikan rezeki, menjawab
doamu, mengabulkan kebutuhanmu.
Allah meminta, dalam
tafsir surat itu, agar kita semangat dalam bekerja, mensyukuri pekerjaannya.
Dan bukan tugas manusia untuk menilai apakah ini pekerjaan yang baik atau tidak
untuknya, Allah yang lebih mengetahui segalanya. Ketika kamu melakukan
pekerjaanmu dengan baik, maka itu yang menjadi nilai ibadah bagimu, maka mari
maksimalkan.
Pekerjaanmu adalah
ibadahmu, maka, jika saat ini kamu adalah ibu rumah tangga yang berkutat pada
mengurus rumah dan anak (meninggalkan sejenak kehidupanmu sendiri yang kamu
impikan),
Jika saat ini kamu adalah
tulang punggung keluarga yang seringkali kehabisan waktu dan tenaga untuk
mengajak berbincang anak, membantu pekerjaan rumah, mengabaikan pertemuan
sederhana,
Jika saat ini kamu
bekerja dan merasa rendah diri karena tidak banyak beribadah sunah, tadabur
alquran seperti sebagaimana para penghafal quran yang bisa fokus padanya,
Jika saat ini kamu sedang
berupaya mencari pekerjaan tapi belum dikabulkan dan tetap berupaya,
Maka, itulah pekerjaanmu. Lakukan
sebaik kemampuanmu. Itulah pahalamu.
Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida