Kebiasan bisa dibelokkan, mari berubah perlahan!
“Sewaktu anda
bangun tadi pagi, apa yang anda lakukan pertama kali? Bergegas mandi, memeriksa
handphone, menyambar air putih dari meja, mengecek jam, atau merapikan selimut?
Anda menyikat gigi sebelum cuci muka atau setelahnya? Apakah anda mengambil air
di gayung dengan menggunakan tangan kanan atau kiri? Apa yang anda katakan
kepada teman-teman anda ketika bertemu dan setelah selesai bertemu? Rute mana
yang kalian tempuh ketika hendak ke kantor atau pulang ke rumah? Minuman apa
yang anda pesan ketika berada di suatu tempat makan? Apa yang anda kenakan
ketika akan bertemu orang lain, sandal jepit atau flat shoes rapi? “
Mengapa
sebagian dari kita kalah oleh kebiasaan, bangun pagi, solat subuh, lantas tidur
lagi ? tiba-tiba sudah siang dan kita terlambat ke kantor, badan tidak enak,
pikiran serba tidak focus. Kita tau hal tersebut tapi terus menerus dilakukan
dan diuulang setiap hari.
Mengapa
kita sulit untuk focus mengerjakan sesuatu dan justru terganggu dengan bunyi
pesan wasap, telpon dadakan, mengecek email iklan yang tidak urgent, atau mengemil
berlebihan setelah berolahraga?
Mengapa
kebiasaan itu seperti mengontrol kita dan bukan malah sebaliknya?
Dahsyatnya
kebiasaan, jika telah dilakukan berulang, kekuatan itu bisa secara otomatis
menggerakkan alam bawah sadar kita untuk melakukan hal tersebut. Bahkan meskipun
hal itu buruk untuk diri kita (yang sangat kita pahami sendiri). Kabar baiknya,
kebiasaan buruk yang kita punya bisa dibelokkan. Kebiasaan kita bisa
dirubah.
Lantas
bagaimana caranya?
Untuk
menjawabnya, kalian perlu mengetahui siklus di saat-saat kebiasaan buruk kalian
datang. Pertanyaannya adalah “apa pemicunya? “ Apa kegiatan kalian yang
menyebabkan kebiasaan itu berulang?
Bagi
saya sendiri, pemicunya adalah, selepas solat subuh, jika saya langsung
bergegas melipat mukena, dan kembali ke kamar, maka respon alam bawah sadar saya
perlahan pasti akan kembali tidur – entah bagaimanapun dan apapun yang saya
lakukan. Tapi jika melipat mukena itu saya hilangkan, dan bergegas mengambi
quran/tafsir/laptop/buku dan tidak masuk ke kamar, maka kebiasaan itu perlahan
digantikan dengan kebiasaan yang lebih bermanfaat, misalnya saja tadarus
al-quran, membaca buku, atau mengisi konten di blog pribadi saya.
Hal
tersebut juga akan sama berlakunya bagi kebiasaan yang lain, Menurut William James pada 1892, “seluruh hidup kita, sejauh memiliki
bentuk yang pasti, hanyalah sekumpulan kebiasaan”.
Jika kebiasaan
itu bisa dirubah perlahan, maka akhirnya hal tersebut akan membentuk pola yang
sama setiap harinya. Menutup kebiasaan sebelumnya hingga kalian akhirnya melakukan
perubahan kebiasaan itu, dan bahkan tanpa berfikir. Terus menerus berulang,
dan menjadi kebiasaan.
Dalam buku
ini, ada dua kisah yang paling menonjol, yang pertama mengenai percobaan tikus
dan yang kedua, perempuan berumur 34 tahun bernama L. Allen :
“Seorang pecandu rokok dan minuman keras sejak umur 16 tahun, obesitas, memiliki banyak hutang, tak pernah bertahan lama dalam sebuah pekerjaan dan bahkan ditinggalkan suami terkasih. Dia menjadi orang yang paling frustasi dan kehilangan kontrol selama berbulan-bulan. Lima tahun kemudian, L. Allen, orang yang sama, berhasil merubah dirinya keseluruhan. Perempuan bertubuh langsing, ceria, tak lagi merokok dan minuman keras, tidak memiliki utang, memiliki tabungan, gemar berolahraga dan bahkan telah memenangkan rekornya bekerja di suatu perusahaan desain grafis selama lebih dari 39 bulan. Apa yang merubah L. Allen dalam waktu-waktu tsb?”
L. Allen menerapkan 1 tujuan pokok, berhenti merokok. Satu saja. Fokusnya pada 1 hal tadi pada akhirnya memicu perubahan lain dalam hidupnya. Ia menggantikan merokok dengan kegiatan lain, lari pagi. Satu kebiasaan tersebut merubah pola pikir dan hidupnya. Ia merubah seluruh kebiasaannya - cara makan, menyusun jadwal kerja, merencanakan masa depan, dan sebagainya. Dia memilih berfokus terhadap satu kebiasaan saja, namun ternyata hal tersebut merupakan kebiasaan kunci yang membantunya merubah segala aspek dalam hidupnya. Maka inilah fokus dan pemicunya.
Kita bisa merubah kebiasaan buruk kita dengan mengganti pemicu, atau
mulai mengalihkan fokus yang kita punya sebagai pencapaian. Jadi, apakah
kamu tertarik untuk mempelajari kebiasaan dan merubah kebiasaan buruk
? Temukan kebiasaan pemicu kamu dalam buku ini.
Selamat membaca.
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida