Merawat tubuh, akal dan pikiran

Coba kita tanya lagi ke diri sendiri,

Sudah pandai kah kita merawat diri ?

Sudah benar kah kita merawat akal, jiwa & tubuh kita sendiri?

Pertanyaan ini tiba-tiba menghantam kepala saya setelah mendengarkan ceramah dari ustadz adi hidayat. Benarkah kita telah merawat dan menjaga diri dari segala godaan, kemalasan dan hal-hal negative yang merusak, termasuk keegoisan diri sendiri memforsir tenaga ? Ceramah dan pertanyaan dengan judul serupa juga pernah saya dengar dari Quraish Shihab yang berpesan kepada seluruh manusia agar pandai menjaga diri dengan memelihara segala yang diberikan Allah.


Memelihara akal dari segala yang merusak


Islam, seperti yang kita ketahui, memiliki tujuan agar kita dapat menjaga 5 hal pokok dalam hidup. Menjaga jiwa, agama, harta, keturunan & akal. Apabila ke-5 hal ini bisa dijaga, maka tujuan yang diharapkan bisa tercapai. Sebagai salah satu hal pokok dalam hidup, merawat akal merupakan hal yang fundamental. Tanpa akal yang sehat, manusia tidak dapat hidup dengan baik. Tanpa akal sehat manusia tidak bisa berpikir jernih dan rasional. Al Izz bin Abdissalam berkata dalam Syarhul Maqosid, 2/232, “Akal adalah syarat utama berlakunya taklif (perintah & larangan) berdasarkan kesepakatan kaum Muslimin


Salah satu cara menjaga akal yang diajarkan dalam islam adalah dengan cara bersyukur dan mengingat dunia akhirat. Kedua cara ini menurut saya merupakan cara terjitu karena, dengan bersyukur kita tidak memaksa akal bekerja lebih pada porsinya. Dengan kata lain, apa yang sudah kita upayakan – apa yang sudah diberikan Allah kita terima dengan lapang dada. Dengan bersyukur berarti kita telah memaksimalkan berpikir positif dan hanya pikiran positif yang membuat hidup kita lebih sehat.


Yang kedua adalah terus mengingat bahwa kita tidak hanya hidup di dunia saja. tujuan kita hidup di dunia adalah untuk mencari bekal kehidupan selanjutnya. Dengan terus menyeimbangkan bahwa kehidupan kita masih akan terus berjalan – nanti, kita akan terus memaksimalkan hal baik di waktu yang masih diberikan Tuhan. Selain kedua hal tadi, sebenarnya masih banyak hal yang bisa dilakukan manusia untuk menjaga akal, seperti mempelajari ilmu agama, menyaksikan kekuasaan Tuhan, mengambil hikmah dari kisah orang lain dan kisah terdahulu, menyayangi sesama, menghindari hal buruk dan masih banyak hal lain yang bisa kita lakukan agar akal tetap terjaga dari hal buruk dan merusak.


Dengan menjaga akal, secara otomatis kita akan turut menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga harta, keturunan & hal tersebut merupakan hal terbaik yang bisa kita lakukan dalam hidup sebagai makhluk-Nya. Satu hal dengan  lainnya saling berkaitan sehingga tidak mungkin manusia yang peduli pada akalnya tidak peduli akan agamanya, jiwanya, hartanya dan keturunannya. Secara pasti, Allah akan memberikan petunjuk agar hamba-Nya menjadi pribadi yang lebih baik.


Menurut Abbas, penting bagi seorang muslim mengatur diri sendiri agar dapat sukses dunia akhirat. Rahasia sukses tersebut dapat kita lihat dalam keseharian Rasulullah SAW.  2 hal penting menurut Abbas yang harus dijaga untuk perawatan diri yang baik yakni sbb :  

1.       Menjaga Tubuh

a.       Makan dengan makan yang baik dan benar secara secukupnya.

Makanlah secukupnya dengan porsi 1/3 makan, 1/3 minum & 1/3 udara seperti yang disunahkan Rasulullah SAW. Makan makanan super yang direkomendasikan seperti madu, kurma, habbatus sauda juga sangat baik bagi kesehatan. Selain itu penting bagi kita makan dengan niat untuk menegakkan tubuh, bukan untuk memenuhi perut maupun menuruti hawa nafsu saja.

 

b.       Rutin bergerak

Rasulullah SAW biasa menjaga kebugaran dengan berjalan kaki, berlatih kuda, memanah dan aktifitas fisik lainnya supaya badan senantiasa bergerak dan tidak malas. Bergerak juga memiliki segudang manfaat bagi Kesehatan yang pengaruhnya langsung ke otak untuk produktifitas manusia.

 

c.        Istirahat cukup.

Tidur siang yang cukup dan berkwalitas selama 10-20 menit disunnahkan dalam Islam. Waktu yang disarankan adalah sebelum masuk waktu Dzuhur (Qailullah). Qailullah adalah tidur pada pertengahan siang. Tidur pada waktu ini dinilai sangat menyehatkan & menaikkan produktivitas.

 

d.       Membagi waktu

Rasulullah SAW membagi waktu dalam kesehariannya dengan cara 1/3 untuk beribadah, 1/3 istri & 1/3 untuk diri sendiri. 1/3 waktu untuk diri sendiri tersebut digunakan untuk umat & beristirahat. Penting bagi manusia modern mengetahui waktu kapan harus digunakan, kapan untuk bekerja, beribadah, sosial dan kapan waktu untuk diri sendiri. Jika tidak dapat membagi & mengaturnya dengan baik, kita bisa mengalami berbagai penyakit mental maupun fisik akibat kurang baiknya kita dalam mengelola waktu.

 

2.       Menjaga Pikiran

Sumber dari segala penyakit bermula dari pikiran & apa yang kita makan. Jika kita sudah berhasil melewati penjagaan pintu makanan namun tidak dapat menjaga pikiran, sama saja kita telah keluar dari sarang macan tapi masuk di kendang singa. Pikiran yang buruk menyebabkan sederet penyakit yang dapat menyakiti tubuh. Jika kita terlalu banyak menahan emosi – marah dengan diam, secara refleks asam lambung akan meningkat & menyebabkan kenaikan produksi asam lambung. Jika kita terlalu banyak mengeluh, berpikir keras tanpa istirahat & bahkan bekerja 24 jam dapat menyebabkan syaraf mata – leher – tegang dan itu membuat sakit pada tubuh.

Pikiran yang buruk membuat perasaan buruk. Perasaan yang buruk kemudian diproses oleh tubuh dengan menghasilkan hormon-hormon buruk yang menyebabkan kinerja tubuh melemah.


Untuk menjaga pikiran, kita dapat berdzikir, meditasi, refleksi, melakukan hal yang tidak biasa kita lakukan (yang kita anggap menyenangkan & menyegarkan). Hal-hal semacam ini, kita sebut “healing”. Lakukan kegiatan menyegarkan fikiran dengan menyendiri maupun bertemu orang terdekat untuk dapat mendaur ulang tenaga yang diperlukan, hal ini sangat penting untuk menjaga kewarasan pikiran dari berbagai arus informasi yang masuk maupun kebiasaan berulang yang membuat kita hampir mati karena rasa bosan.

 

Semoga kita dapat merawat diri dengan baik dari waktu ke waktu, semoga saja.

 

Best Regards, Latifa Mustafida

Tidak ada komentar

Terima kasih telah berkunjung.

Latifa Mustafida