Dalam suatu pertemuan pekerjaan, biasanya saya mengamati, orang seperti
apakah nantinya - klien yang akan saya temui. Beberapa klien tidak datang
karena kenalan dekat orang yang saya kenal, bisa jadi saudara teman jauh, orang
yang sepintas lewat dan melihat papan nama kantor, informasi sekilas orang yang
pernah bersinggungan, atau barangkali se-random informasi yang muncul di
google. Memang se-tidak jelas itu rezeki yang akan kita dapatkan, banyak
sekali jalannya.
Lantas, dari informasi tersebut, berkembang lah hubungan pekerjaan diantara
kami. Sebut saja jasa. Pekerjaan yang saya tawarkan adalah jasa hukum, yang
pertama mengenai kenotariatan – kedua pertanahan – ketiga keilmuan yang saya
dapat karena mengajar. Mulanya mereka sekedar whatsapp teks, atau izin
hendak menelpon, beberapa yang baru mendapat kontak saya tiba-tiba terus
menerus menelfon – bilang kalau mereka sudah berada di kantor dan ingin mendapat
informasi selengkap-lengkapnya mengenai harga dan biaya transaksi yang mereka
perlukan (padahal, informasi yang mereka berikan tidak ada dan pekerjaan saya
tidak hanya duduk di kantor sehingga koordinasi dalam hal ini penting adanya)
Sedikit informasi saja, pekerjaan saya bisa saja menjadi hal yang sangat informatif
bagi klien dan mereka yang membutuhkan transaksi pertanahan – tapi itu
membutuhkan prasyarat kelengkapan data klien. Jika semua klien hanya menerima
kontak, tanpa memberikan dokumen, bagaimana kami akan menyebutnya informasi
yang sepadan ?
Sama seperti pekerjaan lain yang dilakukan orang, ada obyek yang jelas,
maka prakiraan harga bisa dibantu hitungkan. Begitulah kira-kira pekerjaan yang
juga saya lakukan! No information, no prakiraan! Kami bukan cenayang,
hehe.
Klien lain, yang awalnya hanya whatsapp teks memohon izin waktu
kapan bisa bertemu –untuk berkonsultasi tatap muka yang lebih jelas dan 2 arah.
Saya bisa bertanya, sekaligus mendapat jawaban. Bukan hanya via teks yang
kadang-kadang (saya) hanya diizinkan menjawab pertanyaan. Selanjutnya, sebelum
pergi mereka bilang akan segera memberi kabar dan kemudian berpamitan.
Meskipun waktu telah disisihkan, tidak ada janji mereka akan datang lagi –
atau mereka akan kembali dengan pasti. Itu resiko dan layanan kami yang
meskipun dilakukan maksimal, kami tidak bisa mendapat penilaian sesuai keinginan
(meskipun hanya sekedar penilaian bintang di google maps).
Dari 2 macam klien tadi, tidak berhenti sampai disitu. Masih ada klien yang pasrah segala urusan,
menyerahkan seluruh kebutuhan kepada penerima kuasa jasa, tidak peduli yang
penting membayar, sehingga apapun kesulitan yang dibutuhkan mereka bahkan tidak
mau berpusing-pusing bertanya. Mereka sudah percaya, begitu katanya. Tapi itu masih
lebih baik tinimbang jenis yang terus bertanya tapi tidak 100% percaya. Mereka memberikan
kuasa, namun terus menerus sangsi atas kinerja kita. Potensi untuk tidak merasa
dipercaya kadang-kadang membuat si penerima kuasa kewalahan untuk bekerja atau
sekedar menjawab pertanyaan.
Masih banyak lagi tentu jenisnya. Mereka yang baik hati, yang bersabar dengan hanya menerima informasi yang kami sampaikan tanpa mendesak, mereka yang bersedia mendoakan - memberikan penilaian baik - memberi compliment dalam bentuk uang tambahan atau oleh-oleh yang terus menerus datang, atau mereka yang terus menerus bertanya walaupun di luar hari & jam kerja (seolah-olah 7x24 jam kami hanya memegang handphone untuk menjawab pertanyaan yang ada), mereka yang bahkan ketika tidak diangkat telfonnya masih memaksa untuk bicara, mereka yang sudah dijelaskan berulang kali tapi belum memahami inti prosesinya, yang ini - yang itu, banyak. tidak hanya satu jenisnya, dan mungkin pula dari seluruh kategori itulah termasuk saya. Itulah warna warni pekerjaan jasa. hehe
Saya seringkali bertanya-tanya, apakah pelayanan yang saya berikan memuaskan
? tapi, daripada memusingkan itu, saya akan lebih fokus menganggap bahwa, jika
tidak ada complain yang ditujukan atau yang saya terima, maka (saya
anggap) kinerja dan layanan yang saya berikan setidaknya sudah cukup memuaskan.
Dari berbagai macam klien itu saya berkaca, sebenarnya klien macam apakah
saya? apakah saya termasuk golongan yang terus menerus bertanya, tanpa memahami
kondisi dan bahkan hak kewajiban yang
harus diterima lawan bicara ? apakah saya klien yang mau mengerti pihak yang
diberi kuasa jasa ? apakah saya klien yang menyenangkan dan kooperatif ? atau
di luar itu semua, saya termasuk golongan yang menyebalkan, terus sangsi dan
bahkan telat membayarkan biaya jasa.
Tapi semoga pilihan terakhir itu bukan kita.
Karena pekerjaan jasa inilah saya banyak belajar, ada beberapa sifat yang
tidak menyenangkan jika ditujukan kepada orang lain, entah karena kita merasa
telah membayar biaya atau karena merasa lebih berguna dibanding si penerima kuasa.
Di luar itu, hubungan pekerjaan jasa merupakan hubungan yang saling (menguntungkan,
membutuhkan, menyelesaikan urusan). Kami membantu anda – anda terbantu dengan jasa
yang kami lakukan, jadi komunikasi bukan hal yang buruk untuk terus dibangun
dan pemakluman atas satu hal di luar kendali merupakan amunisi tambahan.
Jadi, mari terus berkaca dan menjadi klien yang baik bagi diri sendiri –
atau orang lain nantinya. Toh kita tidak akan mengurus segala sesuatu
sendirian!
Salam weekend.
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida