TERUSLAH BODOH, JANGAN PINTAR : RESENSI NOVEL


Judul buku : Teruslah bodoh, jangan pintar

Pengarang : Tere liye

Penerbit    : Sabak Grip

Halaman   : 371 hlm

Novel pertama yang saya selesaikan di tahun 2024, yang - tentu saja cukup menarik seperti novel-novel lainnya. Setelah beberapa tahun hanya melanjutkan serial BUMI – BULAN – MATAHARI, kita diselingi cerita intrik politik lagi. Seperti biasa, tere liye mengusung tema kegelisahan politiknya dalam sebuah novel. Kali ini novelnya (masih) berlatar Indonesia..

 



Sebagai alumni mahasiswi hukum dan praktisi hukum saat ini, melihat proses persidangan dituliskan dalam novel dengan cukup valid seperti ini membuat saya mau tidak mau berkomentar bahwa, tere liye cukup mendalami pengetahuan sebelum menuliskan ini. tidak asal membuat naskah novel seperti cerita pendek di salah satu televisi yang kadang mencatut prosedur hukum tapi sama sekali tidak riil sesuai prakteknya.

Adalah seorang aktivis lingkungan, yang memiliki riwayat sebagai korban di masa lampau – mencoba berjuang membela kepentingan pihak yang dirugikan oleh kebijakan dan pihak penguasa dengan tanpa pamrih. Sayangnya, upaya yang tanpa batas itu terhalang oleh kekuasaan, kesewenangan, suap dan hal kotor lain yang sangat bisa kita lihat di televisi.

Saya perlu mengapresiasi judul novel ini, karena yang membuat saya memutuskan untuk langsung membelinya adalah judul tersebut. Siapapun yang membaca pasti memahami bahwa judul ini merupakan sindiran dan paksaan bagi pembaca untuk berpikir, akankah kita menjadi pihak seperti aktivis lingkungan yang membela kebenaran? Atau menjadi pihak lawan yang menutupi kebenaran dan mengecewakan orang terdekat demi alasan lain (Seperti gambar cover novel ini) ?

Saya yakin kalian akan belajar banyak dari cerita sekaligus prosedur hukum yang digamblangkan disini, seperti proses pembuktian, dengar keterangan saksi, sanggahan hakim. Disampaikan ulang dengan tidak terlalu serius dan menggurui, saya rasa tere liye berhasil lagi kali ini meyakinkan saya bahwa cerita yang dibuatnya tidak kaleng-kaleng.

Selamat membaca! Baca juga resensi buku lainnya disini Resensi buku Terapi Berpikir Positif


Best Regards, Latifa Mustafida

Tidak ada komentar

Terima kasih telah berkunjung.

Latifa Mustafida