Salah satu alternatif
penyembuhan yang bisa kita pilih untuk mengenali emosi dan sembuh dari penyakit
batin adalah menulis. Menulis merupakan self healing
therapy yang diakui dalam kajian ilmu
psikologi. James W Pennebaker, seorang peneliti menyatakan bahwa ada 1 therapy
menulis yang efektif untuk mengungkapkan emosi sekaligus meredakan kecemasan.
Therapy tersebut adalah expressive writing atau menulis ekspresif.
Menurut
James, manusia akan merasa tertekan apabila terus menerus berusaha menutupi &
menahan emosi (walaupun tidak disadari). Dalam jangka panjang, terus menerus menahan
perasaan akan mempengaruhi kondisi fisik dan kesehatan mental serta imunitas tubuh.
Penurunan kondisi fisik karena mental yang sakit kita kenali sebagai
psikosomatik.
Menurut James, menulis dapat
mengungkapkan emosi & meningkatkan kesehatan batin. Menulis dikategorikan
sebagai terapi bahasa yang dapat mengeluarkan berbagai emosi yang tidak dapat
disampaikan atau yang tidak dapat dikenali. Lewat menulis, energi negatif dari
pengalaman traumatis dikeluarkan. Seperti menuangkan perasaan dalam tulisan.
Menulis, selain dapat me-reka ulang kejadian yang dialami, juga
membantu memahami & menempatkan emosi yang dirasakan. Kita dapat menemukan
suatu makna, perasaan tersembunyi, ego yang tersimpan dalam sebuah tulisan,
tanpa harus merasa dihakimi.
Selain kajian psikologi, dalam kajian otak,
terdapat beberapa bagian penting yang turut aktif ketika manusia menulis. Diantaranya
adalah Limbic
Area (Bagian otak yang berfungsi dalam mengatur emosi), Cerebellum (Bagian otak yang menjaga keseimbangan
serta membantu proses belajar / mengingat kemampuan motorik). Pendapat tersebut
juga dikuatkan dengan pernyataan Wilhelm Preyer (Karohs, 2014), fisiologis asal
Jerman, yang menyatakan bahwa handwriting is brainwriting (tulisan
tangan adalah tulisan otak). Hal tersebut disampaikan karena otak manusia
adalah bagian dasar yang mengatur tentang kemampuan bahasa lisan & tulisan
manusia.
Nah, dalam expressive writing, yang
terpenting adalah menjadi lebih sadar dan memaknai apa yang terjadi serta apa
yang kita rasakan. Menggali perasaan dalam tulisan lebih seperti menguliti diri
sendiri secara halus, bertanya tanpa mendesak pada alam bawah sadar kita
sendiri. Hal yang diperhatikan dalam expressive writing adalah tulislah
apa adanya tanpa harus memperhatikan kaidah tata Bahasa atau tanda baca. Kalian
dapat membaca ulang tulisan kalian sendiri untuk mengenali apa sebenarnya dirasakan.
Selain pendapat James, “Karen
Baikie”, clinical psychologist dari University of New South Wales juga
menyatakan bahwa bahwa menuliskan peristiwa-peristiwa traumatik, penuh tekanan
serta peristiwa yang penuh emosi bisa memperbaiki kesehatan fisik & mental.
Ada 4 tahap dalam expressive
writing, yakni :
a.
Recognition atau Initial Write : Merupakan tahap pembuka supaya
individu menjadi fokus, imajinatif dan tidak memiliki prasangka apapun sehingga
lebih mudah menuliskan apa yang muncul di pikiran.
b.
Examination atau Writing Exercise : Bertujuan untuk menggali respon individu
terhadap suatu situasi. Terdapat Batasan waktu yakni 10-30 menit tiap sesi. Setelahnya,
individu memiliki kesempatan membaca & memperbaiki tulisannya sendiri.
c.
Juxtaposition atau Feedback
: Tahapan ini merupakan sarana refleksi yang mendorong individu mendapatkan
kesadaran baru yang menginspirasi perilaku, sikap / nilai yang baru. Selain itu
membuat individu mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya. Individu
diharapkan dapat lebih mengenal dirinya sendiri.
d.
Application to the Self
: Pada tahap terakhir individu didorong untuk mengaplikasikan pengetahuan baru
dalam dunia nyata. Apa yang telah dipelajari & diketahui diharapkan dapat
di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, mana hal yang perlu diubah atau
diperbaiki serta mana hal yang perlu dipertahankan saja.
Misalnya saja, jika kamu merasa sedih hari ini,
tuliskan apa saja yang kamu rasakan ? bagaimana respon tubuhmu ? apa yang
membuatmu merasakan perasaan itu ? bagaimana kamu akan merasa sembuh dan merespon
perasaan itu ? sampaikan dengan jujur dan apa adanya.
Setelah menuliskannya, kalian dapat membacanya
ulang dan menemukan apa yang sebenarnya tersembunyi dalam hati. Mungkin awalnya
sulit untuk menggunakan kata-kata dalam menyampaikan emosi, tapi setelah
beberapa kali kamu dapat mengenalinya.
Jika kamu sudah berhasil mengenalinya, kamu bisa mencari apa yang dapat membuatmu merasa lebih baik dan kemudian mengambil inisiatif hal apa yang dapat dilakukan besok ketika hal tersebut kamu rasakan Kembali. Pengalaman tersebut dapat di aplikasikan untuk mencegah sekaligus belajar darinya. Nantinya, kalian dapat dengan mudah mengenali seperti apa yang kalian rasakan, apa saja yang membuat kalian marah, dapat membedakan apa emosi yang dirasakan, dan dengan mudah mengatasinya.
Semoga bermanfaat!
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida