Dua buku ini berjudul
sama, pengarang yang sama, bahkan di masanya dulu – buku ini merupakan terbitan
dengan kualitas kertas yang sama. Tapi bisa kita bandingkan hasil buku yang terawat
dan yang tidak terawat, buku yang disayang dengan buku yang sangat disayang,
buku yang bertujuan untuk bermanfaat bagi orang lain dan buku yang sengaja
dikonsumsi sendiri.
Di buku pertama sebelah
kiri, kita bisa lihat begitu banyak coretan inspirasi dari pemilik buku ini. Asumsi
saya, karena dia sangat menyayangi buku ini, dia bahkan menuliskan seluruh
unek-unek, pemikiran, dan curhatan itu di buku bacaannya hingga tampilannya
menjadi sangat kotor (maaf harus saya sampaikan). Dia bawa buku itu
kemana-mana. Saya jelas tahu bahwa si pemilik benar-benar menyayangi buku ini
dari cara memperlakukan dia, sampai-sampai buku itu dia masukkan ke dalam tas
tanpa membungkus buku itu terlebih dahulu. Jadi kondisinya menurut saya, jauh
dari kata menyenangkan untuk dibaca. Tapi menurut si pemilik buku itu adalah
hal yang wajar karena dia sayang pada bukunya.
Namun jauh di lubuk
hati. Saya rasa, si pemilik buku juga menyadari dan menyesal bahwa dia telah
mengotori pesona dari buku itu diam-diam. Saya juga pernah melakukan hal tsb,
namun tidak sebanyak yang dilakukan teman saya pada bukunya. Saya menggaris
kalimat-kalimat yang bagus pada suatu buku dengan bolpoin/pulpen hitam tebal. Kadangkala
saya coret dengan unek-unek saya hanya di bagian belakang, jika itu benar-benar
ada di tengah buku – biasanya saya melakukannya dengan pensil agar tidak
terlalu tampak. Tapi menyadarinya beberapa tahun kemudian, saya benar-benar
menyesalinya.
Saya ternyata telah
merusak buku yang saya banggakan dengan mencoret-coret dan tidak menjaganya.
Di buku sebelah kanan,
buku yang sama yang saya beli satu bulan yang lalu. Saya mencoba memperlakukan
buku itu sebagaimana saya ingin diperlakukan. Oke, kita abaikan kalau buku itu
bukan benda hidup/makhluk hidup. Saya tetap akan memperlakukan segala sesuatu
sebagaimana saya memandangnya berharga, maka saya harus menghargai pesona buku
itu.
ini jelas bukan pertandingan buku baru dan buku lama. ini pertandingan cara merawat dan menyayangi buku.
Saya memandang, jika
kita menyayangi sesuatu namun mengotori, merusak, mencoret-coret, bahkan tidak
membiarkan dia menampilkan keindahan dalam dirinya, itu berarti kita tidak
benar-benar menyayanginya. Bagi saya menyayangi berarti merawat dengan
sebaik-baiknya, memberikan keleluasaan untuk bernafas. Menjaganya agar
tetap baik dalam waktu yang lama, bahkan kalau bisa saya menginginkan keindahan
itu akan terus menjadi lebih baik. Ini Sama
seperti saya yang merawat diri saya agar tidak kotor, tidak negative thinking,
dan tidak memiliki cacat.
Ketika saya meminjam
buku pertama, terlepas dari bukunya yang memiliki isi bagus atau tidak, saya
jujur merasa malas. Jauh dari biasanya, saya sungguh malas membaca buku itu
karena kotor dan banyak coretannya. Saya justru lebih tertarik membaca coretan
unek-unek yang ada di setiap celah kosong di buku itu. Saya seperti sedang
membaca buku karangan teman saya, bukan buku karangan Russ Harris.
Akhirnya, saya menyerah,
saya tidak mau tahu isi bukunya karena keinginan untuk membaca perlahan musnah.
Dengan buku yang sama, yang saya beli belum lama ini, saya akhirnya menyadari
bahwa selain isi dari suatu buku – yang menarik hati pembaca adalah keadaan
buku itu sendiri. Dengan buku yang baru, akhirnya saya paham bahwa isi buku itu
sungguh bagus. Bahkan cocok dengan keadaan batiniah saya. Mungkin itu yang
dirasakan teman saya hingga ketika mendapat pencerahan dari buku itu dia
langsung menuliskan inspirasinya. Tapi saya rasa, menuliskannya di media lain
akan lebih baik dan membantu therapy kejiwaannnya. Sama seperti yang saya
lakukan saat ini.
Bersih dan kotor suatu
hal akan memberi nilai keindahan tambahan pada suatu obyek. Kalian juga
menyadari hal ini bukan? Bandingkan kalian melihat seseorang yang menggunakan
pakaian bersih dan satu lagi mengenakan pakaian usang, rambut tidak terawatt, dan
bau badan menyengat. Hal ini berpengaruh terhadap respon yang akan kita
berikan. Tidak munafik untuk bilang bahwa kita akan lebih condong untuk
menyukai hal yang bersih, baik, dan menyenangkan.
Manusia memang cenderung
menyukai hal yang tampak baik, meskipun tidak sebenarnya baik.
Saya pernah menyarankan dalam
salah satu postingan saya, mengenai buku, untuk menjaga buku agar tetap dan
selalu dalam keadaan bersih sekalipun akhirnya kertas berubah menguning – agar buku
itu tetap bisa diberdayakan dan bermanfaat bagi orang lain.
Terakhir, saya hanya
akan bilang, bahwa buku fitrahnya adalah dibaca dan terus berguna bagi orang
yang membacanya. Jikakalian hendak menularkan kebaikan pada banyak orang, maka
jaga buku itu agar pesonanya bisa dinikmati orang lain. Menikmati keindahan
bersama-sama dengan orang yang kita sayang lebih menyenangkan bukan daripada
sendirian?
Salam.
Tidak ada komentar
Terima kasih telah berkunjung.
Latifa Mustafida