Manfaat sebuah buku



Satu-satunya masalah buku-buku saya SEKARANG bukan ada pada rayap, tapi dia sudah tidak lagi bermanfaat. Setelah selesai membacanya, saya tidak lagi berniat membukanya. Dan itulah kenapa saya menyebutnya tidak lagi bermanfaat bagi saya. Mungkin akan tampak berbeda jika ia bertemu seseorang yang baru, yang masih ingin mengenal atau mendalami buku itu, tapi tidak lagi bagi saya. Perasaan yang saya dapati ketika melihatnya hanya senyum karena dia pernah menjadi sesuatu yang berjasa bagi saya. Seperti seseorang yang mengenang seorang panutan. Kalimat apa yang ada disana, bagian mana yang paling menyentuh, kisah apa yang paling menarik.

Karena tragedy salah satu buku saya terkena remah-remah rayap saya akhirnya menyadari, sebagian besar buku saya sudah tidak pernah saya baca lagi. Sekali dua kali berlaku bagi buku favorit, saya baca ulang, tapi tidak bagi yang lain. Mungkin hanya sesekali saya lihat, perhatikan, dan selesai.

Mungkin rayap memang salah satu masalah yang mengganggu bagi penggila buku, apalagi mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk terus membeli – membaca – dan mengoleksi buku hingga jumlahnya menjadi tidak terhitung lagi – memenuhi rumah, dan mulai menghabiskan space bagi yang lain. Tapi rayap hanya berhenti pada taraf itu, jika kita terus rajin mengecek kebersihan kertas pada buku dan kelembaban rak, rayap pasti tidak akan kembali. Minimal dia tidak hadir jika kita punya kebiasaan rajin membereskan seluruh sudut rumah setiap waktu.







Tapi jika itu sudah tidak pernah saya baca lagi, atau siapapun yang ada di rumahmu tidak tertarik pada buku-buku itu – buku itu sudah kehilangan manfaatnya. Ia tidak punya daya Tarik lagi. Dari sudut pandang buku, itu menyedihkan. Ia mungkin merasa tidak berguna karena hanya jadi pajangan. Dan memang bukan fungsi buku untuk sekedar jadi pajangan. Buku seharusnya menjadi pemberi hikmah bagi mereka yang membaca, memberikan sudut pandang baru, pengalaman baru, motivasi, inspirasi, dan segala apapun yang baik yang bisa bermula dari buku.

Tapi sama seperti perasaan sayang yang berlebihan. Memandangi buku-buku yang saya beli, yang pernah saya baca, yang menemani saya tumbuh, yang memberikan saya pemahaman baik, itu cukup sebagai bukti dan kesenangan tersendiri bisa melihatnya berjejer rapi di rak. Bahkan saat kita tau kita tidak akan sempat kita membacanya lagi, kita memaksa buku itu tetap disana. Bagi saya sekarang, itu perasaan egois yang membiarkan buku kehilangan pesonanya perlahan-lahan. Dikurung di suatu tempat tanpa mengetahui apa guna dan fungsi.  Dibersihkan, dihias, hanya untuk pajangan.

Saya sudah mencoba banyak cara agar buku itu tetap tidak kehilangan fungsinya meski masih saya miliki. Saya bawakan kepada mereka yang rajin membaca atau tertarik membacanya. Saya rekomendasikan itu kepada orang yang lain. Bahkan sekali dua kali saya kirimkan itu kepada teman-teman saya di luar kota agar mereka juga mendapatkan manfaat dari nya, seperti saya yang mendapat banyak manfaat dari nya. Tapi itu tidak banyak membantu. Hanya sepersekian buku yang jadi favorit. Selebihnya tetap membatu di rak-rak buku.

Lalu perlahan-lahan saya menyadari, saya benar-benar sudah sangat egois. Jika sesuatu itu berharga, ia seharusnya diberikan kepada yang lain yang lebih bisa menghargainya, atau mendapatkan kegunaan darinya. Semakin banyak maka akan semakin baik. Jika hanya kita yang mendapatkan manfaat maka hanya kamu yang akan berubah, tidak bagi orang lain.

Jika sesuatu itu memang kamu sayang, harusnya kamu membiarkan dia mendapatkan kebahagiaan lain yang lebih hakiki. Bukan sekedar jadi pajangan. Setidaknya, dia tidak lagi menjadi hiasan.

Sembari membersihkan seluruh buku yang ada dengan terpaksa dan mengamatinya dengan penuh rasa sayang, saya akhirnya rela melepaskan satu kardus penuh buku-buku dengan berat hati. Saya akhirnya rela melepaskan buku-buku saya tersayang yang menemani saya tumbuh, berpikir, dan berimajinasi. Walaupun rasanya sulit, saya harus melepas mereka kepada pemilik baru, kepada mereka yang mungkin bisa mendapatkan manfaat baru. Karena saya menghargai buku-buku itu, saya tetap mau mereka mendapatkan tempat yang baru yang lebih menyayangi mereka, dan barangkali lebih tertarik terus membacanya.

Jika saya terus memaksanya jadi pajangan, mungkin suatu saat nanti dia akan kembali didatangi rayap, dirusak, dan tidak ada manfaat lagi baginya. Dan penyesalan saya mungkin lebih dari saat ini.

Jika saya terus memaksanya disana tanpa ada yang berniat membacanya, saya pasti berdosa karena membiarkan ia kehilangan fungsi dan manfaatnya. Padahal di luar sana banyak mata dan kepala yang butuh diberikan pemahaman baik dari suatu buku.




Jadi, terima kasih sudah pernah bermanfaat bagi saya. Menjadi teman. Menjadi pemberi saran. Menjadi tempat belajar. Maaf karena membiarkan kamu berlama-lama diam tidak berguna, diam jadi hiasan, padahal di dalam tubuhmu ada banyak kalimat positif yang bisa memberikan saran dan pembelajaran bagi banyak orang. Selamat bertemu pemilik baru. Selamat memberikan manfaat baru. Semoga kamu tidak pernah kehilangan manfaatmu. Semoga pemilik baru lebih sayang dan peduli kamu.